Selasa, 21 Desember 2010

kehidupan sebuah cinta musim bunga


Marilah, sayang, mari berjalan menjelajahi pe rbukitan, Salju telah cair dan Kehidupan telah terjaga dari lenanya dan kini men gembara menyusuri pegunungan dan lembah-lembah, Mari kita ikut jejak-jejak Musim Bunga, yang melangkaui Ladang-ladang jauh, dan mendaki puncak-puncak perbukitan 'Tuk menadah ilham dari aras ketinggian, Di atas hamparan ngarai nan sejuk kehi jauan. Fajar Musim Bunga telah mengeluarkan pakaiannya dari lipatan simpanan, da n menyangkutnya pada pohon pic dan sitrus , dan mereka kelihatan bagai pengantin dalam upacara tradisi Malam Kedre.. Sulur-sulur daun anggur saling berpelukan b agai kekasih Air kali pun lincah berlompatan menari ria, Di sela-sela batuan, me nyanyikan lagu riang. Dan bunga-bunga bermekaran dari jantung alam, Laksana buih -buih bersemburan, dari kalbu lautan Kemarilah, sayang: mari meneguk sisa air ma ta musim dingin, dari gelas kelopak bunga lili, Dan menenangkan jiwa, dengan ger imis nada-nada Curahan simfoni burung-burung yang berkicauan dan berkelana riang dalam bayu mengasyikkan Mari duduk di batu besar itu, tempat bunga violet berte duh dalam persembunyian, dan meniru Kemanisan mereka dalam pertukaran kasih rind u. MUSIM PANAS Mari pergi ke ladang, kekasihku, kerana Musim menuai telah tiba, dan cahaya suria Telah memanggang gandum kuning-kekuningan.

Mari kita mengerjakan hasil bumi, sebagaimana semangat kegembiraan menyuburkan b utir gandum Dari benih cinta-kasih, yang tertanam dalam sanubari. Mari mengisi g uni kita dengan limpahan hasil bumi bagai kehidupan mengisi penuh rongga hati, D engan harta kekayaan tak terperi, Mari, jadikan bunga-bunga alas tilam kita Dan langit biru selimut kita Sandarkan kepala di bantal harum jerami, Mari kita bere hat setelah bekerja sepanjang hari, Sambil mendengar bisik gemercik air sungai y ang menyanyi. MUSIM GUGUR kita pergi memetik anggur di perkebunan Dan memerah sa ri buah segar Dan menyimpannya di jambangan tua Sebagaimana jiwa menyimpan ilmu pengetahuan Abad-abad lalu, dalam gedung keabadian. Dan sekarang mari pulang, ke rna sang bayu telah Menerbangkan daun-daun kuning dan mengisar bunga-bunga layu Yang membisikkan dendang kematian pada Musim Gugur Mari pulang, kekasihku abadi, kerana burung-burung Telah terbang bagi perjalanan migrasi menuju kehangatan Me ninggalkan padang yang dingin dan kesepian. Bunga mirtel dan melati pun telah la ma Mengeringkan air matanya. Mari kembali, sebab anak sungai yang sayu Telah keh abisan lagu, dan sumber air yang lincah Telah membisu, enggan mengucapkan kata p erpisahan. Sedang bukit-bukit tua telah mulai melipat pakaiannya yang berwarna-w arni. Mari, kekasihku; Alam telah letih, Ia bersemangat melambaikan selamat ting gal Dengan dendangan sayup dan ketenangan.

MUSIM DINGIN Dekatlah ke mari,oh teman sepanjang hidupku, Dekatlah padaku, dan j angan biarkan sentuhan Musim Dingin, Mencelah di antara kita. Duduklah disamping ku di depan tungku, Sebab nyalaan api adalah satu-satunya nyawa musim ini. Bicar alah padaku tentang kekayaan hatimu, Yang jauh lebih besar daripada unsur Alam y ang menggelodak Di luar pintu. Palanglah pintu dan patri engselnya, Sebab wajah angkasa menekan semangatku Dan pemandangan ladang-ladang salju Menimbulkan tangi s dalam jiwaku. Tuangkan minyak ke dalam lampu, jangan biarkan ia pudar, Letakka n dekat wajahmu, supaya aku boleh membaca dalam tangis Apa yang telah ditulis pa da wajahmu Tentang kehidupan kau bersamaku.. Berilah aku anggur Musim Gugur, dan mari minum bersama Sambil mendendangkan lagu kenangan pada ghairah Musim Bunga Dan layanan hangat Musim Panas, serta anugerah tuaian dari Musim Gugur. Dekatlah padaku, oh kekasih jiwaku; api mendingin dalam tungku, Menyelinap padam nyalany a satu-satu, dari timbunan abu Dakaplah aku, sebab aku ngeri akan kesepian. Lamp u meredup, dan anggur minuman membuat mata sayu mengatup. Mari kita saling berpa ndangan, sebelum mata tertutup. Cari aku dengan rabaan, temui daku dalam pelukan Lalu biarkan kabus malam merangkul jiwa kita menjadi satu Kucuplah aku, kekasih ku, kerana Musim Dingin, Telah merenggut segala, kecuali bibir yang berkata: Eng kau dalam dakapan, oh Kekasihku Abadi, Betapa dalam dan kuat samudera lena, Dan betapa cepatnya subuh...

(Dari 'Dam'ah Wa Ibtisamah' -Setitis Air Mata Seulas Senyuman) Khalil Gibran SEM ALAM Semalam aku sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku... sebengis kematian... Semalam diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara..., Di dalam fi kiran malam. Hari ini... aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di at as lidah hari. Dan, ia berlangsung dalam seminit dari sang waktu yang melahirkan sekilas pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan... sekucup ciuman Khalil Gibr an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar