Selasa, 21 Desember 2010

perkawinan sekarang


Cinta mulai menciptakan puisi dalam prosa kehidupan, untuk mencipta fikiran-fikiran masa lalu menjadi nyanyian pujian agar bersenandung si ang hari dan menyanyi pada malam hari. Sekarang, hasrat menyingkapkan tabir kera guan dari kebingungan pada tahun-tahun yang telah berlalu. Dari rangkaian kesena ngan, ia merajut kebahagiaan yang hanya bisa dilampaui dengan kebahagiaan jiwa k etika ia memeluk tuannya. Itulah dua peribadi kukuh yang berdiri berdampingan un tuk mempertentangkan cinta mereka dengan kedengkian dari takdir yang lemah. Itul ah perpaduan anggur kuning dengan anggur warna lembayung untuk menghasilkan padu an keemasan, warna cakerawala saat fajar merekah. Itulah pertentangan dua roh un tuk pertentangan dan kesatuan dua jiwa dengan kesatuan. Ia adalah curahan hujan jernih dari langit murni ke dalam kesucian alam, membangkitkan kekuatan-kekuatan ladang yang penuh berkat. Apabila pandangan pertama dari wajah sang kekasih ada lah seperti benih yang ditaburkan oleh cinta di ladang hati manusia dan ciuman p ertama dari dua bibir adalah seperti bunga pertama cabang kehidupan, maka perkah winan adalah buah pertama dari bunga pertama benih itu. (Dari Suara Sang Guru) K halil Gibran PANDANGAN PERTAMA Itulah saat yang memisahkan aroma kehidupan dari kesedarannya. Itulah percikan api pertama yang menyalakan wilayah-wilayah jiwa. Itulah nada magis pertama yang dipetik dari dawai-dawai perak hati manusia. Itul ah saat sekilas yang menyampaikan pada telinga jiwa tentang risalah harihari yan g telah berlalu dan mengungkapkan karya kesedaran yang dilakukan malam, menjadik an mata jernih melihat kenikmatan di dunia dan menjadikan misteri-misteri keabad ian di dunia ini hadir. Itulah benih yang ditaburan oleh Ishtar, dewi cinta, dari suatu tempat yang ting gi. Mata mereka menaburkan benih di dalam ladang hati, perasaan memeliharanya, d an jiwa membawanya kepada buah-buahan. Pandangan pertama kekasih adalah seperti roh yang bergerak di permukaan air mengalir menuju syurga dan bumi. Pandangan pe rtama dari sahabat kehidupan menggemakan kata-kata Tuhan, "Jadilah, maka terjadi lah ia" Khalil Gibran PROSA (VI) Bersyukurlah pada kehidupan yang telah menganug erahimu rasa haus. Hatimu akan menjadi seperti tepian pantai dari sebuah samuder a yang tak memiliki gelombang. Tak menyimpan gemuruh dan tak mengerami pasang su rut bila engkau tak memiliki rasa haus. Teguklah isi pialamu sendiri sambil meme kik gembira. Junjunglah pialamu di atas kepalamu lalu teguklah kuat demi mereka yang meminumnya dalam kesendirian. AKu pernah sekali mencari gerombolan manusia yang kemudian duduk rapi mengelilingi meja jamuan sebuah pesta kemudian minum de ngan sepuaspuasnya. Namun mereka tidak mengangkat anggurnya di atas kepalaku, ti dak pula meresapkannya ke dalam dadaku. Mereka hanya membasahi kakiku....kebijak anku masih kerontang. Hatiku terkunci dan terpatri. Cuma sepasang kakikulah yang bergomol dengan mereka diantara selubung kabut yang suram. Aku tidak lagi mau m encari kumpulan manusia atau pula meneguk anggur bersama mereka dalam meja jamua n pesta mereka. Apa yang engkau rasakan jika kututurkan padamu semua itu jika wa ktu begitu garang menghentaki jantungmu? Akan sangat baik bagimu bila engkau men eguk piala rengsamu seorang diri dan piala bahagianmu seorang diri pula... Khalil Gibran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar