Selasa, 21 Desember 2010

PROSA


PROSA (I) Bila engkau sedang bersukaria renunglah dalam-dalam ke lubuk hati disa nalah nanti engkau dapati bahwa hanya yang pernah membuat derita berkemampuan me mberimu bahagia Jika engkau berdukacita renunanglah lagi, ke lubuk hati disanala h pula bakal kau temui bahawa sesungguhnya engkau sedang menangisi sesuatu yang pernah engkau syukuri Khalil Gibran PROSA (II) Bila kau memberi dari hartamu, ti dak banyaklah pemberian itu. Bila kau memberi dari dirimu, itulah pemberian yang penuh erti. Sebab, apalah harta milikan itu, pabila ia bukan simpanan yang kauj aga buat persediaan di hari kemudian ? Dan hari kemudian; terkandung janji apaka h bagi dia, si anjing kikir, Yang menimbun tulang-tulang di bawah pasir, Dalam p erjalanan ke kota suci, mengikuti musafir ? Dan bukankah ketakutan akan kemiskin an, Merupakan kemiskinan itu sendiri ? Ketakutan akan dahaga, sedangkan sumur ma sih penuh, Bukankah dahaga yang tak mungkin dipuaskan ? Ada orang yang memberi s edikit dari miliknya yang banyak Dan pemberian itu dilakukan demi sanjungan, Has rat tersembunyi membuat tak murni dermanya. Ada pula yang memiliki sedikit dan m emberikan segalanya. Merekalah yang percaya akan kehidupan dan anugerah kehidupa n, Dan peti mereka tiada pernah mengalami kekosongan. Ada yang memberi dengan kegembiraan di hati, Kegemb iraanlah yang menjadi anugerah pengganti. Ada yang memberi dengan kepedihan di h ati, maka Kepedihan menjadi air pensucian diri. Dan ada yang memberi tanpa meras a sakit di dalamnya, Tanpa mencari kegirangan dari pemberiannya, Tanpa mengingat -ingat kebaikannya; Mereka memberi, sebagaimana di lembah sana, Bunga-bunga meny ebarkan wewangiannya ke udara. Melalui mereka inilah, Tuhan berbicara, Dan dari sinar lembut tatapan mata mereka Dia tersenyum pada dunia. ... Sebab sesungguhnya, kehidupanlah yang memberi pada kehidupan .Sedangkan kau, yang mengira dirimu seorang pemberi, Sebetulnya hanyalah seorang saksi. Dan kau, kaum penerima - ya, engkau semuanya tergolong penerima ! Jangan memberati diri dengan rasa terhutan g budi, Sebab kau akan membebani dirimu dan dia yang memberi. Sayugia kau bangki t bersama si pemberi, Naik sayap pemberiannya, Melambung ke taraf yang lebih tin ggi. Terlampau menyedari hutangmu, adalah meragukan kedermawanan dia, Sang puter a Bumi yang murah hati, Dan Tuhan, sebagai sumber segala hartanya. Khalil Gibran

PROSA (III) Dan aku melihat hal-hal yang menyedihkan, Para Malaikat Kebahagiaan tengah berperang dgn Syaitan-syaitan Penderitaan Dan Manusia berdiri di antara m ereka. Yang satu menariknya dengan Harapan dan yang lain dengan Keputus-asaan. A ku melihat Cinta dan Benci bermain-main di hati manusia, Cinta menyembunyikan ke salahan Manusia dan memabukkanya dengan anggur kepatuhan, pujian dan rayuan: sem entara Kebencian menghasutnya dan menutup telinganya dan membutakan matanya dari Kebenaran... Aku melihat para pemimpin mulutnya berbuih seperti serigala licik dan juri penyelamat palsu merencanakan dan bersekongkol untuk Melawan Kebahagiaa n Manusia.. Dan aku melihat Manusia memanggil Kebijakan untuk membebaskannya, te tapi Kebijakan tidak mendengar jeritannya, kerana Manusia pernah Mengabaikannya ketika ia berbicara kepadanya di jalananan kota... (Dari Suara Sang Guru) Khalil Gibran PROSA (IV) Kemudian datang seorang pertapa, Yang sekali setahun turun ke kota, Memohon jawapan tentang kesenangan. Jawabnya demikian : Kesenangan adalah lagu kebebasan, Namun bukannya sang kebebasan sendiri, Dialah bunga-bunga hasra t keinginan, Namun bukan buah yang asli. Sebuah jurang ternganga yang berseru ke puncak ketinggian, Itulah dia ; namun dia bukan kedalaman maupun ketinggian itu sendiri. Dialah si terkurung yang terbang terlepas, Namun bukannya ruang yang t erbentang luas ; Ya, sesungguhnyalah kesenangan merupakan lagu kebebasan. Dan ak u amat suka bila dapat mendengarkan, Kalian menyanyikannya dengan sepenuh hati, Namun jangan hanyutkan diri dalam nyanyian Beberapa diantaramu mencari kesenanga n, Seolah kesenangan itu adalah

segala-galanya, Dan mereka ini dipersoalkan, dihakimi dan dipersalahkan. Aku tak akan mempersalahkannya, ataupun memarahinya, Melainkan akan mendorong mereka un tuk mencari dan menyelami. Sebab mereka akan menemukan kesenangan, Namun kesenan gan tiada berdiri sendiri. Saudaranya ada beberapa, ialah tujuh orang puteri, Ya ng terjelek pun diantaranya lebih unggul kecantikannya, Daripada dia yang bernam a kesenangan. Engkau pernah mendengar tentang seorang manusia, Yang menggali tan ah hendak mencari akar, Namun menemukan harta pusaka ? Beberapa di antara orang tua mengenangkan saat kesenangan, Dengan penuh rasa penyesalan, Seolah kesenanga n itu dosa yang diperbuatnya, Tatkala sedang terbius di luar kesedarannya. Tapi penyesalan ini hanya mengaburkan akal budi, Tiada berkemampuan menyucikan hati n urani, Sayugia mereka mengingat kesenangan yang lalu, Dengan rasa syukur dan ter ima kasih dalam kalbu, Sebagaimana mereka mengenang rahmat tuaian di musim panas ; Namun pabila rasa penyesalan lebih menenteramkan hatinya, Maka biarlah mereka menikmati ketenteramannya. Dan ada di antaramu yang bukan lagi remaja namun mas ih perlu mencari, Pun belum terlampau tua namun memerlukan kenang-kenangan untuk digali, Lalu menyingkirkan segala kesenangan yang ada di mayapada, Khuatir mele mahkan kekuatan jiwa, Ataupun bertentangan dan merugikannya. Tapi dalam pencegah an diri inipun terletak kesenangan mereka, Dan dengan demikian mereka pun menemu i sebuah mustika, Walau semua mereka dengan tangan gementar, hanya mencuba mengg ali akar. Tetapi katakanlah padaku, siapakah yang dapat menenang jiwa ? Si burun g bul-bul yang menyanyikan lagu merdu, Terganggukah olehnya ketenangan malam yan g syahdu ? Atau ambillah dia, si kunang-kunang, Adakah diganggunya keagungan bin tang-bintang ? Dan nyala api, ataupun asap bara, Adakah dia memberati pawana ? D an dikau mengira, bahwa jiwa merupakan danau yang tenang, Yang hanya dengan sent uhan sepucuk kayu, dapat kauganggu ? Betapa seringnya, dengan menyingkiri segala kesenangan, Kau hanya menimbun keinginan tersembunyi, di relung kesedaran. Siap a tahu bahawa apa yang nampaknya lenyap sekarang, daripermukaan, hanya menanti saat kebangkitan dihari kemudian ? Bahkan jasmani memah ami kudratnya dan keperluan hak alamiahnya, Serta tiada sudi mengalami tipuan da ri akal manusia. Jasmani adalah kecapi jiwa, Tergantung kepada manusia, Untuk me nggetarkannya dengan petikan lagu merdu, Ataupun suara yang tiada menentu. Lalu sekarang bertanyalah dalam hatimu; bagaimana cara membezakan baikburuk dalam kes enangan? Maka pergilah dikau ke ladang, kebun dan tamanmu, Dan kau akan mengerti , bahawa bagi lebah, menghisap madu adalah kesenangan, namun bagi bunga pun memb erikan madu adalah kesenangan. Untuk lebah, bunga merupakan pancaran kehidupan, Untuk bunga, lebah merupakan duta kasih kehidupan. Dan bagi keduanya, sang lebah maupun sang bunga, Memberi dan menerima kesenangan adalah keperluan dan keasyik an. Rakyat Orphalese, bersenanglah bagaikan bunga dan lebah. Khalil Gibran

PROSA (V) Aku akan melakukan segala apa yang telah engkau ucapkan tadi Dan aku a kan menjadikan jiwaku sebagai sebuah kelambu yang menyelubungi jiwamu. Hatiku ak an menjadi tempat tinggal keanggunanmu serta dadaku akan menjadi kubur bagi pend eritaanmu. Aku akan selalu mencintaimu...sebagaimana padang rumput yang luas men cintai musim bunga. Aku akan hidup di dalam dirimu laksana bunga-bunga yang hidu p oleh panas matahari. Aku akan menyanyikan namamu seperti lembah menyanyikan ge ma loceng di desa Aku akan mendengar bahasa jiwamu seperti pantai mendengarkan k isah-kisah

gelombang. Aku akan mengingatimu seperti perantau asing yang mengenang tanahair tercintanya, Sebagaimana orang lapar mengingati pesta jamuan makan, Seperti raja yang turun takhta mengingati masa-masa kegemilangannya, Dan seperti seorang tah anan mengingati masa-masa kesenangan dan kebebasan. Aku akan mengingatimu sebaga imana seorang petani yang mengingati bekasbekas gandum di lantai tempat simpanan nya, juga seperti gembala mengingati padang rumput yang luas dan sungai yang seg ar airnya." (Dari Sayap Sayap Patah) Khalil Gibran MUSIM BUNGA Bunga akan nampak indah Ketika musim bunga bermula Mencium pucuk-pucuk kecilnya Namun kasih akan sentiasa Nampak indah dari bunga Kerana ia terus tumbuh tanpa bantuan musim Khalil Gibran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar