Selasa, 21 Desember 2010

dua puisi


Berabad-abad yang lalu, di suatu jalan menuju Athens, dua orang penyai r bertemu. Mereka mengagumi satu sama lain. Salah seorang penyair bertanya, "Apa yang kau ciptakan akhir-akhir ini, dan bagaimana dengan lirikmu?" Penyair yang seorang lagi menjawab dengan bangga, "Aku tidak melakukan hal lain selain menyel esaikan syairku yang paling indah, kemungkinan merupakan syair yang paling hebat yang pernah ditulis di Yunani. Isinya pujian tentang Zeus yang Mulia."

Lalu dia mengambil selembar kulit dari sebalik jubahnya dan berkata, "Ke mari, l ihatlah, syair ini kubawa, dan aku senang bila dapat membacakannya untukmu. Ayuh , mari kita duduk berteduh di bawah pohon cypress putih itu." Lalu penyair itu m embacakan syairnya. Syair itu panjang sekali. Setelah selesai, penyair yang satu berkata, "Itu syair yang indah sekali. Syair itu akan dikenang berabad-abad dan akan membuat engkau masyhur." Penyair pertama berkata dengan tenang, "Dan apa y ang telah kau ciptakan akhir-akhir ini?" Penyair kedua menjawab, "Aku hanya menu lis sedikit. Hanya lapan baris untuk mengenang seorang anak yang bermain di kebu n." Lalu ia membacakan syairnya. Penyair pertama berkata, "Boleh tahan, boleh ta han." Kemudian mereka berpisah. Sekarang, setelah dua ribu tahun berlalu, syair lapan baris itu dibaca di setiap lidah, diulang-ulang, dihargai dan selalu diken ang. Dan walaupun syair yang satu lagi memang benar bertahan berabad-abad lamany a dalam perpustakaan, di rak-rak buku, dan walaupun syair itu dikenang, namun ti dak ada yang tertarik untuk menyukainya atau membacanya. Khalil Gibran KEKASIHKU LAYLA Kemarilah, kekasihku. Kemarilah Layla, dan jangan tinggalkan aku. Kehidupan lebih lemah daripada kematian, tetapi kematian lebih lemah daripada cinta... Engkau telah membebaskanku, Layla, dari siksaan gelak tawa dan pahitnya anggur i tu.

Izinkan aku mencium tanganmu, tangan yang telah memutuskan rantairantaiku. Ciuml ah bibirku, ciumlah bibir yang telah mencuba untuk membohongi dan yang telah men yelimuti rahsia-rahsia hatiku. Tutuplah mataku yang meredup ini dengan jari-jema rimu yang berlumuran darah. Ketika jiwaku melayang ke angkasa, taruhlah pisau it u di tangan kananku dan katakan pada mereka bahawa aku telah bunuh diri kerana p utus asa dan cemburu. Aku hanya mencintaimu, Layla, dan bukan yang lain, aku ber fikir bahwa tadi lebih baik bagiku untuk mengorbankan hatiku, kebahagiaanku, keh idupanku daripada melarikan diri bersamamu pada malam pernikahanmu. Ciumlah aku, kekasih jiwaku... sebelum orang-orang melihat tubuhku... Ciumlah aku... ciumlah , Layla... Kahlil Gibran

KISAHKU Dengarkan kisahku... . Dengarkan, tetapi jangan menaruh belas kasihan pa daku: kerana belas kasihan menyebabkan kelemahan, padahal aku masih tegar dalam penderitaanku.. Jika kita mencintai, cinta kita bukan dari diri kita, juga bukan untuk diri kita. Jika kita bergembira, kegembiraan kita bukan berada dalam diri kita, tapi dalam Hidup itu sendiri. Jika kita menderita, kesakitan kita tidak t erletak pada luka kita, tapi dalam hati nurani alam. Jangan kau anggap bahawa ci nta itu datang kerana pergaulan yang lama atau rayuan yang terus menerus. Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takka n tercipta bertahun-tahun atau bahkan dari generasi ke generasi.

Wanita yang menghiasi tingkah lakunya dengan keindahan jiwa dan raga adalah sebu ah kebenaran, yang terbuka namun rahsia; ia hanya dapat difahami melalui cinta, hanya dapat disentuh dengan kebaikan; dan ketika kita mencuba untuk menggambarka nnya ia menghilang bagai segumpal wap. Kahlil Gibran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar