Selasa, 21 Desember 2010
perihal cinta
CINTA (I) Lalu berkatalah Almitra, Bicaralah pada kami perihal Cinta. Dan dia me ngangkatkan kepalanya dan memandang ke arah kumpulan manusia itu, dan keheningan menguasai mereka. Dan dengan suara lantang dia berkata: Pabila cinta memberi is yarat kepadamu, ikutilah dia, Walau jalannya sukar dan curam. Dan pabila sayapny a memelukmu menyerahlah kepadanya. Walau pedang tersembunyi di antara hujung-huj ung sayapnya bisa melukaimu. Dan kalau dia berbicara padamu percayalah padanya. Walau suaranya bisa menggetar mimpi-mimpimu bagai angin utara membinasakan taman . Kerana sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia akan menghukummu .Sebagaimana dia ada untuk menyuburkanmu, demikian pula dia ada untuk mencantasmu
Sebagaimana dia mendaki ke puncakmu dan membelai mesra ranting-ranting lembutmu yang bergetar dalam cahaya matahari. Demikian pula dia akan menghunjam ke akar mu dan menggegarkannya di dalam pautanmu pada bumi. Laksana selonggok jagung dia menghimpun engkau pada dirinya. Dia menghempuk engkau hingga kau telanjang Dia mengasing-asingkan kau demi membebaskan engkau dari kulitmu. Dia menggosok-gosok engkau sampai putih bersih. Dia meramas engkau hingga kau menjadi lembut; Dan k emudian dia mengangkat engkau ke api sucinya sehingga engkau bisa menjadi hidang an suci untuk pesta kudus Tuhan. Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cint a, supaya bisa kau fahami rahsia hatimu, dan di dalam pemahaman dia menjadi seke ping hati Kehidupan. Namun pabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari kedam aian dan kenikmatan cinta. Maka lebih baiklah bagimu untuk menutupi tubuhmu dan melangkah keluar dari lantai-penebah cinta. Memasuki dunia tanpa musim tempat ka u dapat tertawa, tapi tak seluruh gelak tawamu, dan menangis, tapi tak sehabis s emua airmatamu. Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri dan tiada m engambil apa-apa pun kecuali dari dirinya sendiri. Cinta tiada memiliki, pun tia da ingin dimiliki; Kerana cinta telah cukup bagi cinta. Pabila kau mencintai kau takkan berkata, "Tuhan ada di dalam hatiku," tapi sebaliknya, "Aku berada di da lam hati Tuhan." Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta, sebab c inta, pabila dia menilaimu memang pantas, mengarahkan jalanmu.
Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya. Namun pabila kau menc intai dan memerlukan keghairahan, biarlah ini menjadi keghairahanmu: Luluhkan di rimu dan mengalirlah bagaikan anak sungai, yang menyanyikan alunannnya bagai san g malam. Kenalilah penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh. Rasa dilukai ak ibat pemahamanmu sendiri tentang cinta; Dan menitiskan darah dengan ikhlas dan g embira. Terjaga di kala fajar dengan hati berawangan dan mensyukuri hari baru pe nuh cahaya kasih; Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang m eluap-luap; Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur; Dan kemudian tidu r bersama doa bagi kekasih di dalam hatimu dan sekuntum nyanyian puji-pujian pad a bibirmu. (Dari 'Sang Nabi') Khalil Gibran
CINTA (II) Mereka berkata tentang serigala dan tikus Minum di sungai yang sama D i mana singa melepas dahaga Mereka berkata tentang helang dan hering Menjunam pa ruhnya ke dalam bangkai yg sama Dan berdamai - di antara satu sama lain, Dalam k ehadiran bangkai - bangkai mati itu Oh Cinta, yang tangan lembutnya mengekang ke inginanku
Meluapkan rasa lapar dan dahaga akan maruah dan kebanggaan, Jangan biarkan nafsu kuat terus menggangguku Memakan roti dan meminum anggur Menggoda diriku yang le mah ini Biarkan rasa lapar menggigitku, Biarkan rasa haus membakarku, Biarkan ak u mati dan binasa, Sebelum kuangkat tanganku Untuk cangkir yang tidak kau isi, Dan mangkuk yang tidak kau berkati (Dari 'The Forerunner)) Kahlil Gibran
CINTA (III) Kelmarin aku berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah rumah ibadat da n bertanya kepada manusia yang lalu-lalang di situ tentang misteri dan kesucian cinta. Seorang lelaki setengah baya menghampiri, tubuhnya rapuh wajahnya gelap. Sambil mengeluh dia berkata, "Cinta telah membuat suatu kekuatan menjadi lemah, aku mewarisinya dari Manusia Pertama." Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besa r menghampiri. Dengan suara bagai menyanyi dia berkata, "Cinta adalah sebuah ket etapan hati yang ditumbuhkan dariku, yang rnenghubungkan masa sekarang dengan ge nerasi masa lalu dan generasi yang akan datang.' Seorang wanita dengan wajah mel ankolis menghampiri dan sambil mendesah, dia berkata, 'Cinta adalah racun pembun uh, ular hitam berbisa yang menderita di neraka, terbang melayang dan berputar-p utar menembusi langit sampai ia jatuh tertutup embun, ia hanya akan diminum oleh roh-roh yang haus. Kemudian mereka akan mabuk untuk beberapa saat, diam selama satu tahun dan mati untuk selamanya.'
Seorang gadis dengan pipi kemerahan menghampiri dan dengan tersenyum dia berkata
, "Cinta itu laksana air pancuran yang digunakan roh pengantin sebagai siraman k
e dalam roh orang-orang yg kuat, membuat mereka bangkit dalam doa di antara bint
ang-bintang di malam hari dan senandung pujian di depan matahari di siang hari.'
Setelah itu seorang lelaki menghampiri. Bajunya hitam, janggutnya panjang denga
n dahi berkerut, dia berkata, "Cinta adalah ketidakpedulian yang buta. la bermul
a dari hujung masa muda dan berakhir pada pangkal masa muda.' Seorang lelaki tam
pan dengan wajah bersinar dan dengan bahagia berkata, 'Cinta adalah pengetahuan
syurgawi yang menyalakan mata kita. Ia menunjukkan segala sesuatu kepada kita se
perti para dewa melihatnya.' Seorang bermata buta menghampiri, sambil mengetuk-n
getukkan tongkatnya ke tanah dan dia kemudian berkata sambil menangis, 'Cinta ad
alah kabus tebal yang menyelubungi gambaran sesuatu darinya atau yang membuatnya
hanya melihat hantu dari nafsunya yang berkelana di antara batu karang, tuli te
rhadap suara-suara dari tangisnya sendiri yang bergema di lembahlembah.' Seorang
pemuda, dengan membawa sebuah gitar menghampiri dan menyanyi, 'Cinta adalah cah
aya ghaib yang bersinar dari kedalaman kehidupan yang peka dan mencerahkan segal
a yang ada di sekitarnya. Engkau bisa melihat dunia bagai sebuah perarakan yang
berjalan melewati padang rumput hijau. Kehidupan adalah bagai sebuah mimpi indah
yang diangkat dari kesedaran dan kesedaran.' Seorang lelaki dengan badan bongko
k dan kakinya bengkok bagai potonganpotongan kain menghampiri. Dengan suara berg
etar, dia berkata, "Cinta adalah istirahat panjang bagi raga di dalam kesunyian
makam, kedamaian bagi jiwa dalam kedalaman keabadian.รข Seorang anak kecil berumur li
ma tahun menghampiri dan sambil tertawa dia berkata, "Cinta adalah ayahku, cinta
adalah ibuku. Hanya ayah dan ibuku yang mengerti tentang cinta." Waktu terus be
rjalan. Manusia terus-menerus melewati rumah ibadat.
Masing-masing mempunyai pandangannya tersendiri tentang cinta. Semua menyatakan
harapan-harapannya dan mengungkapkan misteri-misteri kehidupannya. Khalil Gibran
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar